Kamis, 30 Oktober 2014

Biografi James McKeen Cattell


Biografi Singkat James McKeen Cattell
A.    Biodata Tokoh
Nama                                       : James McKeen Cattell
Tempat dan tanggal lahir        : Easton, Pennsylvania, 25 Mei 1860
Kewarganegaraan                   : Amerika Serikat
Wafat                                      : Lancaster, Pennsylvania , 20 Januari 1944 (usia 83 tahun)
Bidang ilmu                            : Psikologi dan Psikometrik
Perjalanan hidup                     :
·         1860 Lahir di Easton, Pennsylvania
·         1880 Memperoleh gelar Sarjana di Lafayette Universitas
·         1880 Pergi meninggalkan Amerika ke Eropa
·         1882 Mendapat beasiswa di John Hopkins University
·         1883 Kembali ke Leipzig untuk bekerja di bawah Wilhelm Wundt ( ahli psikologi dan tokoh strukturalisme)
·         1886 Mendapat gelar Ph.D. dari Wilhelm Wundt
·         1888-1891 Profesor Psikologi di University of Pennsylvania
·         1890 Menciptakan istilah "tes mental"
·         1891 Profesor Psikologi dan Kepala Departemen di Columbia University
·         1894 Sekretaris APA ( American Psychological Association )
·         1895 Presiden APA
·         1895 Membeli Science  dari Alexander Graham Bell
·         1897 Mendirikan Psychological Review dengan James Mark Baldwin
·         1900 Science menjadi publikasi resmi dari Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains
·         1900 Membeli Popular Science Monthly
·         1901 Psikolog pertama yang diterima menjadi anggota National Academy of Sciences
·         1902 Presiden di New York Academy of Sciences
·         1903 Keluar dari Psychological Review
·         1906 Mulai bekerja referensi, American Men of Science & Leaders in Education
·         1915 Mendirikan sekolah dan mengadakan kegiatan sosial mingguan
·         1917 Diberhentikan dari Columbia
·         1921 Mengorganisir psikologi perusahaan atau industri
·         1924 Presiden, Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan
·         1929 Dinobatkan sebagai Presiden Kesembilan Kongres Internasional Psikologi
·         1944 Wafat

B.     Pokok Bahasan Tokoh dan Pengembangannya
James McKeen Cattell adalah psikolog yang berorientasi terhadap penggunaan metode obyektif eksperimental, pengujian mental, dan penerapan psikologi untuk bidang pendidikan, bisnis, industri, dan iklan. James McKeen Cattell adalah tokoh penting dalam studi intelegensi manusia. Pendalamannya juga pengembangannya terhadap intelegensi manusia membuatnya menemukan metode pengukuran intelegensi yang ia sebut “tes mental” dengan menggunakan 10 acuan atau ukuran. 10 macam ukuran itu adalah sebagai berikut:
1.      Dinamo meter peasure, yaitu ukuran kekuatan tangan menekan pegas yang dianggap sebagai indikator aspek psikofisiologis.
2.      Rate of movement, yaitu kecepatan gerak tangan dalam satuan waktu tertentu yang dianggap memiliki komponen mental didalamnya.
3.      Sensation areas, yaitu pengukuran jarak terkecil diantara 2 tempat yang terpisah dikulit yang masih dapat dirasakan sebagai 2 titik berbeda.
4.      Peasue caosing pain, yaitu pengukuran yang dianggap berguna dalam diaknosis terhadap penyakit saraf dan dalam mempelajari status kesadaran abnormal.
5.      Least noticabele difference in weight, yaitu pengukuran perbedaan berat yang terkecil yang masih dapat dirasakan seseorang.
6.      Reaction time for sound, yang mengukur waktu antara pemberian stimulus dengan timbulnya reaksi tercepat.
7.      Time for naming colors, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap proses yang lebih”mental”daripada waktu-reaksi yang dianggap reflektif.
8.      Bisection of a 50-cm line, yang dianggap sebagai suatu ukuran terhadap akurasi “ space judgment”.
9.      Judgment of 10second time, yang dimaksudkan sebagai ukuran akurasi dalam “time judgment” ( subyek diminta menghitung 10 detik tanpa bantuan apapun).
10.  Number of latters repeated upon once hearing, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap perhatian dan ingatan( subyek diminta mengulang huruf yang sudah disebutkan 1x)

C.     Tokoh yang Paling Mempengaruhi
Selama perjalan hidupnya James McKee Cattell banyak bertemu dengan ahli psikologi baik di Amerika maupun diluar Amerika, Salah satu Ahli psikologi yang paling berkesan bagi James McKeen Cattell adalah Sir Francis Galton. James sangat terkesan dengan statistik dan kuantifikasi dalam penelitian yang digunakan oleh Galton, Dia juga mendukung beberapa ide Galton lainnya, seperti pentingnya perbedaan individu dan penerapan pengetahuan ilmiah untuk menciptakan gerakan eugenika. Dalam pembuatan acuan atau ukuran untuk tes mentalnya, James Cattell juga banyak mengambil dan meminjam konsep Galton.

D.    Foto Tokoh


E.     Referensi

Sabtu, 25 Oktober 2014

MANUSIA DAN PENDERITAAN



 MANUSIA DAN PENDERITAAN


A.      Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan juga berarti keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah rnerupakan "risiko" hidup. Tuhan rnernberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga mernberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar rnanusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang memperhatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
Hal itu misalnya dalam surat Al.lnsyiqoq:6 (q) dinyatakan "rnanusia ialah mahluk  yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sckclilingnya, dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan.
Di bawah ini adalah beberapa contoh penderitaan yang mungkin sering kita lihat di lingkungan kita.
1.    Pemutusan hak kerja  : Bagi orang yang sudah berkeluarga mungkin penderitaan ini yang paling di takutkan apalagi bagi seorang ayah yang mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya,hal ini akan berdampak buruk tidak hanya bagi sang ayah namun juga bagi keluarganya.
2.    Kehilangan orang tua : Hubungan kita dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan cara selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.
3.    Kemiskinan :  Dalam hal ini mungkin semua orang menderita mengalami kemiskinan.namun miskin disini bukan miskin melarat melainkan hidup pas-pasan.bagi sebagaian orang hidup seperti itu tidak enak namun bagi orang lain mungkin hidup seperti itu lebih baik dari pada berlimpah harta namun anggota keluarga tidak bahagia,semua di atur oleh uang,sibuk dengan tugas masing”,tidak ada komunikasi.hal itu di buktikan dengan adanya kata-kata ” makan ga makan yang penting kumpul”.
4.    Bencana   :  Tidak ada yang dapat menghindari sebuah bencana yang diberikan oleh Allah SWT. Bencana yang datang dapat menghilangkan sebagian ataupun  seluruh harta benda yang ada, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma yang diakibatkan oleh bencana juga sulit untuk dipulihkan. Hal ini membutuhkan banyak waktu untuk seseorang kembali bangkit dan hidup normal dengan membangun kehidupannya seperti sedia kala.
B.      Siksaan
Siksaan adalah penderitaan sebagai suatu bentuk hukuman. Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan.
Siksaan yang sifatnya psikis atau jiwa atau rohani misalnya kebimbangan, kesepian,  dan ketakutan.
Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Akibat dari kebimbangan seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu. sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu.
Kesepian dialami oleh seseorang mcrupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalarn lingkungan orang ramai. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dapat dialami oleh seseorang. Seperti halnya kebimbangan. kesepian perlu cepat diatasi agar seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan batin. Sebagai homo socius. seseorang perlu kawan,maka untuk mengalahkan rasa kesepian orang perlu cepat mencari kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi. Selain mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktunya dengan suatu kesibukan, khususnya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
1.    Claustrophobia dan Agoraphobia
Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan  yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
2.    Gamang
merupakan ketakutan bila seseorang di tern pat yang tinggi. Hal itu disebabkan,  karena ia takut akibat berada di tempat yang tinggi.
3.    Kegelapan
merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti, misalnya setan atau pencuri.
4.    Kesakitan
merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami. Hal itu disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan.
5.    Kegagalan
merupakan ketakutan dari seseorang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan trauma yang pemah dialami membuat sesorang  ketakutan kalau sampai terulang lagi.
Apa yang membuat seseorang menjadi phobia ?
Umumnya ada dua aliran tentang penyebab phobia. Ahli-ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam,  yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya  ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemanya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli-ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena sipenderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan sipenderita sepuluh kali lebih parah.
  1. Kekalutan Mental
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1.    Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung .
2.    nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-taham gangguan kejiwaan adalah :
1.    Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rokhaninya.
2.    usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah, Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
3.    kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai
berikut :
1.    Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempuma; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kaedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
2.    Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
3.    Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadapkehidupan sosial: over acting sebagai overcompensatie.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah:
1.    Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
2.    Negatif : trauma yang dialami diperlarutkan atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain :
a)      agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dansecara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakansadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
b)      regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanankan(infantil), misalnya dengan menjerit-jerit.
c)       fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu dan  membentur-benturkan kepala pada benda keras.
d)      proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain.
e)      identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film.
f)       narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
g)      autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
  1. Hubungan Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengataasi kesulitan  hidup. Allah telah berfirman dalam surat Arra'du ayat l l. bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.  
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang mcnentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
  1. Hubungan Penderitaan, Media Masa, dan Seniman
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakt. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bemama Arie Hangara yang mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul "ArieHangara".
  1. Penderitaan dan sebab-sebabnya
secara sederhana penderitaan dapat dikelompokkan berdasarkan sebab-sebab timbulnya adalah sebagai berikut :
1.       Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
2.       Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan I azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu
  1. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif dan tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan.



Referensi
Nugroho.Widyo, Muchji.Ahmad (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma
 

MANUSIA DAN KEINDAHAN



MANUSIA DAN KEINDAHAN


A.   Keindahan
·         Pengertian Keindahan dan Perbedaan Antara Keindahan Sebagai Suatu Kualitas Abstrak dan Sebagai Suatu Benda Tertentu yang Indah
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Sulit bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu barn jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk.
Keindahan memiliki beberapa arti dipandang dari sudut pandang yang berbeda, sudut pandang yang berbeda ini adalah sebagai berikut:
1.       keindahan dalam arti yang luas
2.       keindahan dalam arti estetis murni
3.       keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Keindahan dalam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukwn yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagi sesuatu yang selain baik juga menyenangkan.
Bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya 'symmetria' untuk keindahan berdasarkan penglihatan ( misalnya pada karya pahat dan arsitektur ) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik).
Keindahan dalam arti estetis murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan Segala seshatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempilkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan. yakni berupa keindahan dari bentuk dan wama.
·         Pengertian keindahan yang seluas-luasnya
Pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi:
1.       Keindahan seni
2.       Keindahan alam
3.       Keindahan moral
4.       Keindahan intelektual
·         Nilai Estetik
Apakah nilai estetik itu ? dalam bidang filsaf at, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Menurut kamus itu selanjutnya nilai adalah semata-mata suatu realita psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya.
Tentang nilai itu ada penggolongan yang penting adalah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sif at baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau rnernbantu .. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
·         Kontemplasi dan Ekstansi
Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dalarn diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.
Apabila kontemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong utuk merasakan. menikmati keindahan. Karena drajad kontemplasi dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, rnaka tanggapan terhadap keindahan karya seni juga berbeda-beda.
B.    Renungan
·         Teori-teori tentang renungan
1.       Teori Pengungkapan
Tokoh teori ini yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce ( 1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris "aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic". Dalil dari teori ini ialah bahwa "Art is an expression of human feeling" ( seni adalah suatu pengungkapan dari kesan-kesan atau perasaan manusia ). Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individuil yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud pelbagai gambaran angan-angan seperti misalnya images wama,garis dan kata.
2.       Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni
berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati,
konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori
peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya
dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cenninan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (tiruan) dari realita duniawi.
Dalam jaman modern suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860). Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita yang sejati adalah suatu keinginan (will) yang sementara. Menurutnya, Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda disekelilingnya dan sampai pada maknanya yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
3.       Teori Psikologis
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan
konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori pennainan yang dikembangkan oleh
Freedrick Schiller (17 57-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller. Asal mula seni adalah dorongan batin untuk bennain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan semacam pennainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan.
Sebuah teroi lagi yang dapat dimasukkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang atau tanda dari perasaan manusia. Simbol atau tanda yang menyerupai atau mirip dengan benda yang dilambangkan disebut iconic sign (tanda serupa). Menurut teori penandaan itu karya seni adalah iconic signs dari proses psikologis yang berlangsung dalam diri manusia, khususnya tanda-tandadari perasaannya.
C.    Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan,  ukuran dan seimbang. Berikut teori-teori tentang keserasian.
1.       Teori Obyektif dan Teori Subyektif
Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apak.ah keindahan merupak.an sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya tenlapat dalam alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke.
Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada penccrapan dari si pengamat itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang mcmandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran sescorang yang mengamatinya.
2.       Teori Perimbangan
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kwalita dari benda-benda. Kwalita bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab olch bangsa YunaniKuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa.
Teori perimbangan tentang keindahan dari bangsa Yunani Kuno dulu dipahami pula dalam arti yang lebih terbatas, yakni secara kualitatif yang diungkapkan dengan angka-angka. Keindahan dianggap sebagai kualita dari benda-benda yang disusun (yakni mempunyai bagian-bagian). Hubungan dari bagian-bagian yang menciptakan keindahan dapat dinyatakan sebagai perimbangan atau perbandingan angka-angka.
Teori perimbangan berlaku dari abad ke-5 sebelum masehi sampai abad ke 17 masehi selama 22 abad. Teori tersebut runtuh karena desakan dari filsafat empirisme dan aliran-aliran termasuk dalam seni. Bagi mereka keindahan hanyalah kesan yang subyektif sifatnya.

Referensi

Nugroho.Widyo, Muchji.Ahmad (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma